
WEP merupakan standart keamanan & enkripsi pertama yang digunakan pada wireless, WEP (Wired Equivalent Privacy) adalah suatu metoda pengamanan jaringan nirkabel, disebut juga dengan Shared Key Authentication. Shared Key Authentication adalah metoda otentikasi yang membutuhkan penggunaan WEP. Enkripsi WEP menggunakan kunci yang dimasukkan (oleh administrator) ke client maupun access point.
Kunci ini harus cocok dari yang diberikan akses point ke client, dengan yang dimasukkan client untuk authentikasi menuju access point, dan WEP mempunyai standar 802.11b.
Proses
Shared Key Authentication:
1. Client meminta asosiasi ke access
point, langkah ini sama seperti Open System Authentication.
2. Access point mengirimkan text
challenge ke client secara transparan.
3. Client akan memberikan respon dengan
mengenkripsi text challenge dengan menggunakan kunci WEP dan mengirimkan
kembali ke access point.
4. Access point memberi respon atas
tanggapan client, akses point akan melakukan decrypt terhadap respon enkripsi
dari client untuk melakukan verifikasi bahwa text challenge dienkripsi dengan
menggunakan WEP key yang sesuai. Pada proses ini, access point akan menentukan
apakah client sudah memberikan kunci WEP yang sesuai. Apabila kunci WEP yang
diberikan oleh client sudah benar, maka access point akan merespon positif dan
langsung meng-authentikasi client. Namun bila kunci WEP yang dimasukkan client
adalah salah, maka access point akan merespon negatif dan client tidak akan
diberi authentikasi. Dengan demikian, client tidak akan terauthentikasi dan
tidak terasosiasi.
Serangan-serangan
pada kelemahan WEP antara lain :
1. Serangan terhadap kelemahan
inisialisasi vektor (IV), sering disebut FMS attack. FMS singkatan dari nama
ketiga penemu kelemahan IV yakni Fluhrer, Mantin, dan Shamir. Serangan ini
dilakukan dengan cara mengumpulkan IV yang lemah sebanyak-banyaknya. Semakin
banyak IV lemah yang diperoleh, semakin cepat ditemukan kunci yang digunakan
2. Mendapatkan IV yang unik melalui
packet data yang diperoleh untuk diolah untuk proses cracking kunci WEP dengan
lebih cepat. Cara ini disebut chopping attack, pertama kali ditemukan oleh
h1kari. Teknik ini hanya membutuhkan IV yang unik sehingga mengurangi kebutuhan
IV yang lemah dalam melakukan cracking WEP.
3. Kedua serangan diatas membutuhkan
waktu dan packet yang cukup, untuk mempersingkat waktu, para hacker biasanya
melakukan traffic injection. Traffic Injection yang sering dilakukan adalah
dengan cara mengumpulkan packet ARP kemudian mengirimkan kembali ke access
point. Hal ini mengakibatkan pengumpulan initial vektor lebih mudah dan cepat.
Berbeda dengan serangan pertama dan kedua, untuk serangan traffic
injection,diperlukan spesifikasi alat dan aplikasi tertentu yang mulai jarang
ditemui di toko-toko, mulai dari chipset, versi firmware, dan versi driver
serta tidak jarang harus melakukan patching terhadap driver dan aplikasinya.
Keamanan
wireless dengan metode WI-FI Protected Accsess (WPA)
Merupakan rahasia umum jika WEP (Wired Equivalent Privacy) tidak lagi mampu diandalkan untuk menyediakan koneksi nirkabel (wireless) yang aman dari ulah orang usil atau ingin mengambil keuntungan atas apa yang kita miliki dikenal dengan jargon hackers. Tidak lama setelah proses pengembangan WEP, kerapuhan dalam aspek kriptografi muncul.
Merupakan rahasia umum jika WEP (Wired Equivalent Privacy) tidak lagi mampu diandalkan untuk menyediakan koneksi nirkabel (wireless) yang aman dari ulah orang usil atau ingin mengambil keuntungan atas apa yang kita miliki dikenal dengan jargon hackers. Tidak lama setelah proses pengembangan WEP, kerapuhan dalam aspek kriptografi muncul.
Berbagai macam penelitian mengenai WEP telah dilakukan dan diperoleh kesimpulan bahwa walaupun sebuah jaringan wireless terlindungi oleh WEP, pihak ketiga (hackers) masih dapat membobol masuk. Seorang hacker yang memiliki perlengkapan wireless seadanya dan peralatan software yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis cukup data, dapat mengetahui kunci enkripsi yang digunakan.
Menyikapi
kelemahan yang dimiliki oleh WEP, telah dikembangkan sebuah teknik pengamanan baru
yang disebut sebagai WPA (WiFI Protected Access). Teknik WPA adalah model
kompatibel dengan spesifikasi standar draf IEEE 802.11i. Teknik ini mempunyai
beberapa tujuan dalam desainnya, yaitu kokoh, interoperasi, mampu digunakan
untuk menggantikan WEP, dapat diimplementasikan pada pengguna rumahan atau
corporate, dan tersedia untuk publik secepat mungkin. Adanya WPA yang
“menggantikan” WPE, apakah benar perasaan “tenang” tersebut didapatkan? Ada
banyak tanggapan pro dan kontra mengenai hal tersebut. Ada yang mengatakan, WPA
mempunyai mekanisme enkripsi yang lebih kuat. Namun, ada yang pesimistis karena
alur komunikasi yang digunakan tidak aman, di mana teknik man- in-the-middle
bisa digunakan untuk mengakali proses pengiriman data. Agar tujuan WPA tercapai,
setidaknya dua pengembangan sekuriti utama dilakukan. Teknik WPA dibentuk untuk
menyediakan pengembangan enkripsi data yang menjadi titik lemah WEP, serta
menyediakan user authentication yang tampaknya hilang pada pengembangan konsep
WEP.
Teknik WPA didesain menggantikan metode keamanan WEP, yang menggunakan kunci keamanan statik, dengan menggunakan TKIP (Temporal Key Integrity Protocol) yang mampu secara dinamis berubah setelah 10.000 paket data ditransmisikan. Protokol TKIP akan mengambil kunci utama sebagai starting point yang kemudian secara reguler berubah sehingga tidak ada kunci enkripsi yang digunakan dua kali. Background process secara otomatis dilakukan tanpa diketahui oleh pengguna. Dengan melakukan regenerasi kunci enkripsi kurang lebih setiap lima menit, jaringan WiFi yang menggunakan WPA telah memperlambat kerja hackers yang mencoba melakukan cracking kunci terdahulu.
Walaupun
menggunakan standar enkripsi 64 dan 128 bit, seperti yang dimiliki teknologi
WEP, TKIP membuat WPA menjadi lebih efektif sebagai sebuah mekanisme enkripsi.
Namun, masalah penurunan throughput seperti yang dikeluhkan oleh para pengguna
jaringan wireless seperti tidak menemui jawaban dari dokumen standar yang
dicari. Sebab, masalah yang berhubungan dengan throughput sangatlah bergantung
pada hardware yang dimiliki, secara lebih spesifik adalah chipset yang
digunakan. Anggapan saat ini, jika penurunan throughput terjadi pada
implementasi WEP, maka tingkat penurunan tersebut akan jauh lebih besar jika
WPA dan TKIP diimplementasikan walaupun beberapa produk mengklaim bahwa
penurunan throughput telah diatasi, tentunya dengan penggunaan chipset yang
lebih besar kemampuan dan kapasitasnya.
Proses
otentifikasi WPA menggunakan 802.1x dan EAP (Extensible Authentication
Protocol). Secara bersamaan, implementasi tersebut akan menyediakan kerangka
kerja yang kokoh pada proses otentifikasi pengguna. Kerangka-kerja tersebut
akan melakukan utilisasi sebuah server otentifikasi terpusat, seperti RADIUS,
untuk melakukan otentifikasi pengguna sebelum bergabung ke jaringan wireless.
Juga diberlakukan mutual authentification, sehingga pengguna jaringan wireless
tidak secara sengaja bergabung ke jaringan lain yang mungkin akan mencuri
identitas jaringannya.
Mekanisme
enkripsi AES (Advanced Encryption Standard) tampaknya akan diadopsi WPA dengan
mekanisme otentifikasi pengguna. Namun, AES sepertinya belum perlu karena TKIP
diprediksikan mampu menyediakan sebuah kerangka enkripsi yang sangat tangguh
walaupun belum diketahui untuk berapa lama ketangguhannya dapat bertahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar